Minggu, 23 Januari 2011 | 09:02:07 WITA | 59 HITS
Ketua Wihara Girinaga, Roy Ruslim
Barong Akhirnya Melenggang di Bumi Anging Mammiri
TETES air mata Roy Ruslim jatuh juga saat melihat barongsai bisa melenggang bebas di poros kota setelah sekian lama terkungkung kekuasaan orde baru. Ya, era reformasi telah membebaskan sang barong untuk ikut menjadi bagian dari kesenian negeri ini.
LAPORAN: ASWAD SYAM
RAUT wajahnya cerah, menampilkan keramahan kepada siapa saja yang menjadi lawan bicaranya. Memang akhir-akhir ini dia terlihat sibuk, maklum, lelaki itu menjadi ketua panitia perayaan Imlek 2011 di Kota Makassar. Roy Ruslim, itulah namanya, lahir di Makassar 6 November 1966, dia menjadi salah satu pendiri barongsai di Makassar dengan mendirikan perkumpulan barongsai Girinaga pada 1999.
Di tengah kesibukannya, dia menerima wawancara saya di Wihara Girinaga Jalan Gunung Salahutu. Meski sesekali pembicaraan kami harus terputus oleh deringan ponselnya, namun, hari itu lulusan S1 Maha Prasnya Jakarta ini, masih bisa memaparkan sejarah dan proses perkembangan barongsai di Makassar.
Barongsai kata Roy, didirikan pada jaman reformasi pada masa pemerintahan Presiden Abdul Rahman Wahid alias Gus Dur. Dia mengingat pertama kali tampil di Stadion Mattoanging di depan Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri. Dari situ, kemudian barongsai diarak keliling kota. Rona kebahagiaan bercampur haru terpancar dari raut wajahnya. "Saat itu kita gamang karena pertama kali kita pegang barong. Rasa tidak percaya begitu. Kok bisa, padahal dulu dibatasi," ujarnya.
Roy mengaku bersyukur mereka bisa memberikan hiburan kepada masyarakat kota. Itu pun menjadi salah satu bagian yang membuat dirinya sangat terharu. "Kami terharu saat masyarakat kota berbondong-bondong di tepi jalan menyaksikan atraksi barongsai. Mereka terlihat sangat gembira, itu menunjukkan bahwa mereka menikmati sajian kami," jelasnya.
Saat itu, dia memesan barong dan peralatannya seperti gendang dan cengceng di Congkok, Tiongkok. Biayanya tentu saja mahal karena biaya pengirimannya juga besar. Nanti beberapa tahun belakangan baru ada di Semarang, Jakarta dan Surabaya. "Saya pesan melalui kenalan di Jalan Sulawesi yang menjual dupa, kebetulan dia memiliki channel ke sana. Kita kemudian membentuk tim barongsai Girinaga, beli barong dan perlengkaapan mulai dari gendang dan cengcengnya," ungkapnya. (aswadfajar@fajar.gmail.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar