Gabus, Ikan Berkhasiat Obat
Oleh: Andi Baso Tancung (Mahasiswa Pasca Sarjana UMI Makassar dan Ketua Umum IPIM Sulsel)
undefined
Andi Baso Tancung
Dewasa ini, pemahaman masyarakat tentang manfaat makan ikan sudah tidak asing lagi. Pasalnya, hampir seluruh masyarakat pasti mengonsumsi ikan. Meski daging lainnya juga tidak ketinggalan. Namun, berdasarkan pemantauan penulis di beberapa rumah makan yang ada di Kota Makassar menyajikan berbagai jenis masakan ikan tampaknya sangat laris.
Ikan-ikan yang disajikan itu bisa dibilang tergolong sedikit lantaran konsumen yang datang itu kadang-kadang sudah tidak dapat lagi jatah ikan. Meski pihak rumah makan telah menyediakan sejumlah ikan bahkan ratusan ekor dalam setiap harinya juga akan habis. Salah seorang pegawai rumah makan yang sempat berbincang dengan penulis mengungkapkan bahwa meskipun persediaan ikan setiap harinya cukup banyak, tapi tetap habis.
Hal ini menandakan bahwa tingkat konsumsi makan ikan bagi masyarakat sudah mengalami peningkatan dan ini menjadi suatu kemajuan yang luar biasa terutama bagi generasi muda ke depan. Karena banyak makan ikan berarti cikal bakal menjadikan manusia itu pintar dan cerdas. Apalagi pemerintah telah melakukan kampanye makan ikan agar sumber daya manusia juga akan meningkat.
Akan tetapi lain halnya dengan ikan gabus yang merupakan ikan air tawar ini masih sangat sedikit dijumpai di rumah makan tersebut. Meski diakui bahwa memamg sangat sedikit pula orang yang menyukainya lantaran masyarakat cenderung mencari ikan laut.
Wajar saja jika orang memilih ikan laut seperti ikan cepa, beronang, kerapu, dan lain-lain. Ikan gabus kurang diminati atau memang tidak ada stoknya. Padahal kalau dilihat dari segi kesehatan ikan ini sangat memiliki khasiat yang luar biasa pada tubuh manusia.
Ikan gabus adalah ikan dari Famili Channidae. Suku ikan air tawar ini hidup di kawasan tropis Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Semu jenis ikan gabus bersifat predator yang memakan cacing, katak, udang, anak-anak ikan, ketam, dan sebagainya. Ikan gabus digolongkan sebagai ikan karnivor.
Ikan gabus ini berkhasiat obat bagi manusia sehingga sangat baik untuk kesehatan. Meski diakui bahwa sangat sedikit yang suka memakan ikan jenis ini karena memang penampilannya kurang menarik bagi kalangan masyarakat, namun di daerah tertentu ikan ini menjadi ikan andalan. Ia bahkan menjadi makanan favorit sehingga wajar jika masyarakat yang mengonsumsinya terlihat gesit dan kuat.
Pengalaman penulis di lapangan, sewaktu masih kecil banyak orang yang sengaja memancing ikan gabus di sawah untuk dijual. Sebab saat padi mulai ditanam, maka ikan gabus ini juga sudah mulai muncul bahkan seiring dengan pertumbuhan padi di sawah juga ikan gabus semakin besar. Berarti orang pun semakin berminat untuk menangkapnya karena ukurannya juga cukup besar-besar.
Dari sisi kesehatan ikan gabus ini bermanfaat bagi manusia. Setiap orang yang mengalami luka-luka di tubuhnya, tapi karena orang ini rajin makan ikan gabus, maka luka yang dideritanya itu tidak berlangsung lama lalu sembuh kembali.
Setelah mengalami penelitian dan menghasilkan beberapa kegunaan, maka ikan ini menjadi sangat dusukai oleh manusia. Apalagi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan sehingga mereka berlomba untuk mencari ikan-ikan ini.
Memang diakui bahwa jenis ikan memiliki banyak nama seperti gabus, haruan, gapo, jilo atau bale salo (canna striata/ophiocephalus striata) adalah salah satu jenis ikan asli perairan Indonesia. Selain merupakan ikan konsumsi penting, gabus juga telah dimanfaatkan untuk penyembuhan luka. Gabus mengandung protein dan albumin yang tinggi, yaitu 70 persen protein dan 21 persen albumin. Gabus mengandung asam amino yang lengkap serta mikronutrien zink, selenium dan iron.
Penelitian Eddy Suprayitno dari Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang, mengungkap pemanfaatan ekstrak ikan gabus sebagai pengganti serum albumin yang biasanya digunakan untuk menyembuhkan luka operasi. Untuk memanfaatkan ikan gabus sebagai obat, ikan diambil ekstraknya dengan cara mengukusnya lalu menampung airnya.
Air ekstrak langsung diminumkan kepada pasien yang baru selesai dioperasi. Dengan cara itu maka luka akan sembuh tiga hari lebih cepat dibanding bila diberi serum albumin. Dengan ekstrak gabus ini biaya obat jauh lebih murah. Jika serum albumin harganya Rp 1.300.000,- ekstrak ikan gabus hanya sekitar Rp 500.000,-.
Pembuatan ekstrak ini sangat menguntungkan masyarakat terutama bagi orang-orang yang tidak mampu, karena harga obatnya tergolong sangat murah juga khasiatnya sama dengan harga obat yang sangat mahal. Ini suatu keberuntungan bagi manusia dalam menjaga kesehatannya terutama pada masa akan datang karena harga obat cukup "menggila", sehingga orang tidak mampu semakin terjepit.
Di Malaysia, pembuatan krem dan tablet dari ikan gabus telah lama dilakukan. Pusat Pengkajian Sains Farmasi Universiti Sains Malaysia (USM) telah menghasilkan tablet dan krim obat luka tahun 1999, sekaligus menjadikan Saringat Baie sebagai orang pertama yang menghasilakn tablet dari ikan gabus.
Menurut Saringat Baie, gabus mempunyai asam amino dan lemak yang dapat menyembuhkan luka dalam perut serta amat baik untuk mengobati penyakit gastric. Produk herba dalam bentuk krim dapat menyembuhkan luka apabila dioleskan segera ke tempat yang luka. Bentuk tablet dapat digunakan untuk kesehatan perempuan, terutama setelah bersih (Kompas, 15 Desember 2003).
Produksi obat dengan menggunakan ekstrak ikan gabus juga dilakukan oleh Nurpudji Astuti Daud, Ketua Pusat Studi Gizi dan Pangan, Unhas. Sejak 1994 pemanfaatan ikan gabus untuk penyembuhan pasien telah digunakan di RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar.
Penggunaan ekstrak ikan gabus saat itu dengan cara diblender, karena tidak nyaman terhadap bau amis dari ekstrak ikan gabus, sejak tahun 2004 Nurpudji Astuti Daud mengolah ikan gabus menjadi kapsul. Kapsul yang kemudian dipatenkan dengan nama Pujimin itu telah diujicobakan pada penderita TBC, stroke, operasi, luka bakar, dan patah tulang hasilnya kapsul ikan gabus mempercepat penyembuhan luka operasi, mempercepat penyembuhan luka bakar, dan mencegah timbulnya nanah.
(Ghufran, 2010)
Tidak hanya kapsul, Nurpudji Astuti Daud juga mengolah ikan gabus menjadi biskuit yang dapat dikonsumsi anak-anak yang kurang gizi (malnutrisi) hasil ujicoba biskuit terhadap anak –anak yang ingusan dan flu menunjukkan hasil yang baik. Konsumsi biskuit ikan gabus mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
Karena kandungan protein dan albuminnya yang tinggi, serta asam amino yang lengkap, ikan gabus cocok dikonsumsi pasien luka bakar, pasien pasca operasi atau orang yang dalam masa penyembuhan, orang tua yang fungsi organnya mulai menurun maupun anak-anak yang mengalami malnutrisi.
Bukan hanya itu, tapi kalau melihat kebersihan ikan ini penulis meyakini bersih betul lantaran pengalaman penulis di lapangan, saat ikan gabus makan kotoran manusia maka dalam waktu singkat kulit ikan gabus ini akan mengalami pembengkakan (luka-luka) dan jalannya sangat pelan dan tidak lama kemudian si gabus akan mati.
Jadi, kita tidak bisa dibohongi lagi karena apabila gabus badannya bengkak, pasti itu telah makan yang kotor. Hal ini menandakan bahwa mengonsumsi ikan gabus itu sangat banyak manfaatnya bagi manusia terutama masalah kesehatan. Oleh karena itu, tidak salah jika pemerintah atau yang berkompoten mulai berupaya untuk melakukan pembenihan terkontrol terhadap ikan gabus.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Mandiangin, Kalimantan Selatan. Kalau pembenihan seperti ini mendapat lampu hijau, maka yakin saja bahwa produksi ikan gabus di Indonesia dan khususnya daearah ini dapat lebih meningkat dan masyarakat akan lebih bagus kesehatannya. Sebab ikan gabus ini memang berkhasiat obat bagi manusia. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar